Rabu, 16 April 2014

renungan PERRDANA gp 7


Renungan PERKAJUM  perdana GP TUJUH
Pernakah kita berfikir, andai ketika di lahirkan, orang tua kita tak peduli sama sekali ?
Kita di buang, ditelantarkan, dan di sia – siakan ?
Pernahkah kita berfikir, untuk apa orang tua kita bersusah payah mendidik kita ?
Menyekolahkan kita, memberi apa yang kita minta, Untuk apa semua itu ?
 Cucuran keringat ayah, butiran air mata ibu menjadi saksi betapa besarnya cinta & kasih sayang yamg mereka miliki terhadap kita. Mereka selalu mengatakan,  IYA walau belum tentu mereka mampu melakukan semua yang putrinya mau. Mereka pantang mengatakan TIDAK karena mereka tahu itu yang akan menyakiti anaknya.
Apakah kita pernah berfikir, betapa lelahnya hati ibu dan ayah disaat harus selalu menerima keluhan anaknya.. …? Apakah kita pernah tahu, berapa banyak air mata nya  yang jatuh hanya untuk mendo’akan anaknya agar  anaknya bahagia ?
Di balik senyumnya, terdapat lelah yang tak dapat seorang pun menangungnya
Di balik tegarnya, terdapat luka yang tak seorang pun dapat menahan perihnya
Kenakalan kita, hiburan yg menyakitkan baginya
Tangisan keluh kita adalah hal yg tak pernah ia harapkan
Demam yang menyerang adalah sebuah bencana besar baginya
Sekarang kita bertanya pada hati kita yang paling dalam, APA SAJAKAH YANG SUDAH KITA LAKUKAN SELAMA INI DAN MAMPU MEMBUAT MEREKA BAHAGIA ?
 Bahkan permintaan BETAH saja, sangat sulit untuk kita kabulkan
Padahal ketika kita sakit, ayah dan ibu sering kehilangan malamnya hanya untuk menjaga kita.
Apakah kita pernah memikirkan apa – apa saja yang mereka mengabulkan permintaan dari kita ?
Apakah kata AYAH, IBU AKU NGGA’ BETAH… itu adalah hal sepeleh menurut mereka ?
Yang ayah dan ibu inginkan hanya diri kita menjadi anak yang solihah, dan lebih banyak tahu tentang agama daripada mereka, hanya itu ga lebih
Tapi, dengan serta merta kita menganggap ayah dan ibu memenjarakan kita, padahal bukan itu yang ayah dan ibu inginkan dan jika kita tidak disini, kita akan jauh lebih terpenjara, TERPENJARA DALAM JERUJI DOSA
Apakah kita tahu, hari minggu adalah hari yang di  nanti oleh ayah dan ibu, di mana hari itu mereka bisa melepas rindu yang membelenggu nya
Apakah dengan memberinya sepucuk puisi sudah cukup untuk membalas jasa – jasanya ?
Apakah dengan seuntai do’a dapat menggantikan ribuan do’anya ?
Apakah dengan prestasi terbaik di sekolah sudah membuat mereka tenang, dengan kehidupan mu nanti ?
Ketika seorang anak, berada di ambang pintu neraka ia akan di Tanya :
Siapa orang tua mu ?
Lalu ia akan menyeret kedua orang tuanya kedalam api neraka karena dosanya. Padahal kedua orang tunya sudah berusaha untuk mendidik anaknya dengan baik.  Apakah kalian tahu akan hal ini ? apakah kalian rela ? apa memang ini yang sebenarnya kalin inginkan ?
Mulai sekarang, marilah kita sama – sama, melakukan hal yang terbaik untuk kita, dan orang tua kita. Selipkan nama mereka disetiap do’a jangan sekalipun kita meninggalkanya. Karena mereka tak pernah meninggalkan nama kita di setiapa do’anya. Katakan pada mereka :
Ayah ibu maaf kan aku…
Yang hanya bisa meminta dan belum bisa memberi,
 yang hanya bisa membuat mu menangis tanpa bisa menghapus air matamu
maafkan aku yang selalu membuat mu gelisah di rumah ketika mendengar tangisku di telpon
maafkan aku yang selalu meminta kehadiranmu di sampingku, saat kau ingin beristirahat sebentar
maafkan aku yang sudah menjadi beban di hidupmu, padahal kehadiranku sangat kau nanti
maafkan aku yang belum bisa menjadi apa yang engkau harapan.
ayah ibu, betapa berdosanya aku yang selalu menyusahkan mu,
 AMPUNI AKU YA ROBB
dengan segala kesombongan, yang tak pernah aku menyadarinya, aku tak ingin kedua orang tuaku terseret keneraka hanya karena dosaku
ampuni aku yang banyak menyakiti orang- orang sekitarku
ampuni aku yang terlalu berkata pedas terhadap orang-orang sekelilingku apa lagi terhadap kedua orang tuaku
aku tak ingin merasakan pedihnya siksa, aku tak ingin tenggelam dalam panasnya api neraka
Ayah, ibu terimakasih telah membimbingku di jalan Allah, aku akan membawamu ke syurga .
ayah ibu, terimakasih yang masih tetap menyayangiku,
walaupun aku sudah banyak menyusahkan mu,
 mulai dari tangis rengekku, nilai merahku, serta permintaan-permintaanku yang menyusahkan mu
terimakasih untuk telinga dan hatimu yang selalu terbuka lebar hanya untuk menerima keluh kesahku, disini
terimakasih untuk pinjaman otak mu yang selalu ada untuk memikirkan ku
terimakasih atas do’a dan kasih sayangmu yang selalu iringi langkah ku meskipun aku jauh darimu
terimakasih atas ketulusan mu, yang tak pernah mengharap aku mengembalikan apa-apa saja yang sudah kau berikan kepadaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar